Siapa yang tidak kenal Pieter Levels? Pengusaha dari Belanda ini berada di belakang bisnis daring Nomad List dan Remote OK.
Yang bikin dia terkenal selain karena dia adalah pendiri solo dan memiliki 2 bisnis daring yang sukses adalah preferensinya untuk menggunakan teknologi sederhana dalam membangun bisnis daring. Dia tidak menggunakan teknologi yang seksi seperti React.js, Kubernetes, Node.js. Dia malah menggunakan teknologi yang membosankan seperti PHP, jQuery:
Dia baru menggunakan Git pada bulan November 2020. Sebelumnya dia menggunakan FTP:
Alasan dia sederhana. Konsumen tidak peduli Anda pakai teknologi apa untuk bikin aplikasi web yang mereka pakai. Terus belajar teknologi seksi itu butuh waktu. Lebih baik waktu dipakai untuk bikin aplikasi yang dibutuhkan oleh konsumen.
Pieter bukan lulusan ilmu komputer. Dia adalah lulusan sekolah bisnis. Dia belajar sendiri pemrograman.
Pieter Levels tidak langsung sukses dalam membangun bisnisnya. Dia pernah gagal dalam membangun bisnis. Dia malah sempat balik ke orang tuanya. Terus dia malah sempat depresi. Kemudian dia akhirnya mencoba untuk melakukan sesuatu supaya tidak terjebak dalam depresi. Dia membuat proyek membangun Dua Belas Produk dalam Dua Belas Bulan. Dia mendapat uang sedikit dari produk-produk ini.
Dia mendapat ide untuk membangun Nomad List ketika dia melihat video tentang suatu tempat di Bali (duh!) dan akhirnya dia pergi ke sana. Tapi dia tetap mengerjakan proyek-proyek dia. Lalu dia bertanya-tanya apakah ada tempat yang seperti ini dan cocok buat pekerja nomaden seperti dia. Akhirnya lahirlah Nomad List:
Di kisah di atas, Pieter Levels bercerita untuk memiliki bisnis swakarya yang sukses, adalah penting untuk mencari komunitas yang niche dan tidak terlalu umum. Pieter mengambil komunitas pekerja nomaden. Bukan komunitas orang yang travel (terlalu besar dan umum).
Dia juga bercerita, untuk membangun bisnis daring yang sukses orang harus mengambil tindakan. Jangan membaca buku atau mendengar siniar (podcast) melulu.
Analisa Nomad List
Nomad List dia mencapai penghasilan $41 ribu per bulan:
Nomad List adalah komunitas orang nomaden (berpindah-pindah tempat) berbayar. Di situ, Anda bisa melihat kota/daerah ini apakah cocok dengan orang nomaden, misalnya suhu, lalu lintas, kecepatan internet, komunitas perintis (startup).
Anda membayar $89 untuk biaya keanggotaan seumur hidup. Nah, mengenai kenapa Pieter Levels memilih harga seumur hidup ini ketimbang biaya berulang (per tahun atau per bulan) bisa dibaca di utas ini:
Intinya, konsumen suka merasa kesal dengan harga berulang ini. Lagipula Pieter tidak khawatir dengan menurunnya penghasilan karena selama manusia berkembang biak, maka bakal selalu ada anggota baru Nomad List. Dilihat dari ekonominya, sebagian orang mencoba gaya hidup nomaden selama beberapa bulan dan akhirnya berhenti. Terus sebagian dari mereka kembali menggunakan jasa Nomad List. Intinya sedikit orang yang akan menggunakan jasa sebuah produk seumur hidup.
Analisa Remote OK
Remote OK dia mencapai penghasilan $110 ribu per bulan:
Remote OK adalah situs lowongan pekerjaan jarak jauh (remote).
Untuk lowongan pekerjaan, dia mengambil profit dari perusahaan yang memasang lowongan pekerjaan jarak jauh. Berikut harga dia:
Cara dia menumbuhkan bisnis Remote OK itu adalah dia mengambil lowongan pekerjaan dari tempat lain dulu. Kalau ada orang yang lamar pekerjaan, dia kirim orang itu ke tempat asal. Kemudian dia baru memasang harga bagi orang yang mau memasang lowongan pekerjaan itu di Remote OK.
Peluang Bikin Bisnis Serupa
Nah, menurut saya, masih ada peluang membuat bisnis yang serupa. Tapi Anda harus mengunci ke suatu tempat yang lebih sempit, yaitu Indonesia misalnya. Jangan mengejar pasar internasional. Ibaratnya jika Nomad List itu adalah Uber, Anda harus menjadi Grab. Grab tidak mengejar pasar internasional. Mereka fokus ke pasar Asia Tenggara. Akhirnya mereka berhasil mengalahkan Uber.
Betul, sudah banyak tempat di Indonesia yang diulas di Nomad List:
Tapi Indonesia masih punya banyak tempat yang menarik buat pekerja nomaden yang belum diulas di Nomad List. Contoh: Salatiga, Labuan Bajo, Ambon, Padang, Banyuwangi, dan lain-lain.
Tren hidup nomaden sepertinya bakal naik daun di Indonesia. Pandemi sudah mulai reda.
Anda bisa travel ke tempat-tempat di Indonesia, dan mengumpulkan informasi tentang kota tersebut. Saya kadang-kadang travel sambil bekerja. Saya mau cari info hotel mana yang menyediakan lampu putih. Saya pernah tinggal di hotel yang hanya punya lampu kuning, dan saya tidak bisa bekerja dengan optimal. Saya mengerti kenapa mereka memakai lampu kuning karena biar mendorong orang untuk rileks dan gampang tidur. Terus sebagian jaringan tidak berjalan di kota tertentu. Saya pergi ke Ambon 5 tahun lalu. Di sana XL tidak jalan sama sekali. Lalu saya pengen bertemu dengan komunitas software engineer ketika saya mengunjungi sebuah kota.
Anda bisa bikin model bisnis di mana orang harus bayar untuk mendapatkan informasi premium dari Anda. Saya yakin banyak yang sedang bekerja jarak jauh sekarang ini. Mereka pengen travel sambil bekerja. Daripada mereka travel ke Bali dan Yogya, Anda bisa membangun bisnis seperti Nomad List sambil mempromosikan daerah lain. Hitung-hitung bantu ekonomi lokal.
Saya tidak akan mengerjakan bisnis ini karena saya suka travel tapi tidak segitunya. Lagipula proyek saya sudah berjibun. Haha.